Berbeda dengan politisasi agama yang dalam prakteknya sering memanipulasi pemahaman dan pengetahuan keagamaan/kepercayaan dengan menggunakan propaganda, Indoktrinasi, kampanye, sosialisasi, dalam wilayah publik untuk melemahkan lawan politik hang dihadapi, akibaynya agama bisa menjadi faktor pemicu konflik dan bisa kehilangan muru’ah serta kemuliaannya.
Apabila politik identitas dipahami sebagai politisasi identitas sebagaimana politisasi agama, maka bisa diterima karena sama - sama bisa memicu konflik. Ketua MUI Jabar menambahkan, Dalam pandangan MUI, dalam kehidupan berbangsa dan beragama akan berjalan baik apabila agama dijadikan sumber inspirasi dan kaedah penuntun sehingga yidak terjadi benturan antara kerangka berpikir keagamaan dan kerangka berpikir kebangsaan.
Bertemunya antara paham keagamaan dan paham kebangsaan dalam sejarah pembentukan NKRI telah terbukti menemukan kalimatun sawa (titik temu) yang indah, yaitu disepakati Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara oleh semua komponen bangsa.
Pada Forum Grup Disscusion (FGD) yang diikuti sekitar 100 orang mahasiswa UIN Gunung Djati, selain menghadirkan Ketua MUI Jawa Barat dan Marcellius KH Siahaan juga menghadirkan Ummi Wahyuni (Ketua Komisionar KPU Jawa Barat).(*)