Gen Z Ogah Berpolitik, Marcell Siahaan Ajak Pemilih Pemula untuk Tak Takut ke TPS

- 18 Oktober 2023, 14:35 WIB
Marcellius KH Siahaan, saat menjadi pembicara Forum Grup Disscusion (FGD) dari Mahasiswa Komunitas Peduli Politik UIN Sunan Gunung Djati, Kota Bandung, dengan tema “Antisipasi Politik Identitas Dan Pemanfaatan Rumah Ibadah Untuk Kegiatan Politik Praktis Dalam Pemilu 2024”, Rabu (18/10/2023).
Marcellius KH Siahaan, saat menjadi pembicara Forum Grup Disscusion (FGD) dari Mahasiswa Komunitas Peduli Politik UIN Sunan Gunung Djati, Kota Bandung, dengan tema “Antisipasi Politik Identitas Dan Pemanfaatan Rumah Ibadah Untuk Kegiatan Politik Praktis Dalam Pemilu 2024”, Rabu (18/10/2023). /

METROJABAR - Generasi Z atau Gen Z ada kecenderungan untuk mengikuti politik praktis, karena mereka beranggapan politik itu seperti Garpu yang dapat bermanfaat dan dapat digunakan untuk melukai.

Hal tersebut dikatakan oleh Marcellius KH Siahaan, saat menjadi pembicara Forum Grup Disscusion (FGD) dari Mahasiswa Komunitas Peduli Politik UIN Sunan Gunung Djati, Kota Bandung, dengan tema “Antisipasi Politik Identitas Dan Pemanfaatan Rumah Ibadah Untuk Kegiatan Politik Praktis Dalam Pemilu 2024”, Rabu (18/10/2023).

Musisi yang saat ini mencoba peruntungan menjadi Calon Anggota DPRRI dari Partai moncong putih menghimbau kepada mahasiswa agar tidak antipati terhadap politik, karena apabila politik dapat digunakan dengan baik maka akan bermanfaat bagi seluruh masyarakat.

Musisi yang saat ini menjadi Mualaf mengajak kepada mahasiswa untuk mulai membangun sebuah prespektif yang positif terhadap politik yang dapat dilakukan salah satunya dengan menjadi pemilih aktif. Pihaknya mengajak para mahasiswa untuk tidak golput dan menggunakan hak pada pemilu 2024 nantinya.

Seperti yang telah diketahui bahwa politik identitas telah merusak dan menghancurkan marwah politik. Identitas menjadi suatu hal yang tidak dipungkiri, namun apabila identitas tersebut digunakan oleh seseorang untuk berdebat atau berpolitik maka dapat dikatakan orang tersebut tidak cerdas. Sehingga perlunya mengedepankan program daripada politik Identitas.

Marcell berharap bahwa Pemilu yang akan datang agar bisa berjalan adil, jujur, serta penuh integritas dan tanggung jawab. Perlu ada adanya refleksi kembali bahwa politik tidak selamanya membuat kegaduhan. Sehingga dalam berpolitik sudah semestinga mengajak bukan mengejek, merangkul bukan memukul.

MUI JABAR SEBUT PEMILU FARDHU KIFAYAH

Sementara itu, pembicara lainnya, Prof. Dr. Rahmat Syafi’I, M.A., Ketua MUI Jawa Barat menyebut Pemilu Dalam agama Islam adalah memilih dimanadalam pemilu adalah sebuah kewajiban atau Fardhu Kifayah dan bukan merupakan hak. Pahalanya Fardhu Kifayah lebih tinggi daripada Fardhu Ain. Sebagai mahasiswa memiliki kewajiban Moral untuk memilih juga. Sebagai seorang mahasiswa juga memiliki kewajiban untuk mengetahui dinamika yang terjadi di masyarakat khususnya politik Identitas,

Syafi’i menambahkan Pemaknaan Politik Identitas masih dianggap rancu dan mengundang perdebatan dimasyarakat karena belum ditemukan definisinya yang tepat. Politik Identitas sering dikonotasikan kepada penganut agama tertentu hanya karena yang bersangkutan menggunakan simbol agama dalam berpolitik. Apabila Politik Identitas dianggap sesuatu yang negatif apalagi terlarang bagaimana dengan identitas politik. Pihaknya menilai setiap partai politik memiliki identitas masing - masing.

Hal tersebut jangan sampai rancu antara politik identitas dengan identitas politik. Sehingga ada definisi yang baku. Sebagai contoh pada pemilihan Gubernur telah dilakukan survey bahwa masyarakat Jawa Barat menginginkan sosok Pemimpin yang asli Sunda, hal tersebut menjadi salah satu contoh politik Identitas, hal tersebut menjadi sebuah kerancuan. Politik Identitas selalu dikonotasikan dengan agama tertentu sebut saja Islam.

Halaman:

Editor: Caca Cariwan, SE


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah